unequalledmedia.com – Riot Games baru saja memperkenalkan Veto, agent ke-28 dalam game VALORANT, saat Grand Final VALORANT Champions 2025 di Paris. Veto berasal dari Senegal dan langsung menarik perhatian komunitas karena desainnya yang tidak konvensional untuk seorang Sentinel. Dia bukan hanya bertahan, tetapi juga mengganggu musuh dengan agresi, memaksa lawan “bermain sesuai aturannya.”
Skill Kit Veto: Tiga Ability + Ultimate
Veto memiliki kemampuan unik yang membedakannya dari Sentinel lainnya:
-
Chokehold (Q): Menciptakan zona yang menahan gerakan musuh, memberikan debuff Deafened (gangguan audio) dan Decayed (pengurangan efektivitas kemampuan). Tujuannya adalah menunda dorongan tim lawan dan membuka ruang serangan balik dari tim Veto.
-
Crosscut (C): Veto dapat membuat vortex sebagai titik teleportasi. Ketika berada dekat dan melihat vortex tersebut, dia bisa mengaktifkan ulang untuk teleport. Vortex bisa dipasang ulang saat fase pembelian, memberi fleksibilitas strategi.
-
Interceptor (E): Kemampuan utama Veto dalam menangkal utilitas musuh. Saat aktif, Interceptor menghancurkan hampir semua utility bouncing—seperti bom Raze, smoke/ability milik Jett, dinding Sage, hingga Wingman Gekko.
-
Ultimate: Evolution (X): Saat diaktifkan, Veto mengalami mutasi penuh: gelombang stim tempur, kemampuan regenerasi, dan imunitas terhadap debuff. Artinya, Veto bisa keluar dari posisinya, menyerang, dan bertahan lebih lama — mematahkan stereotip bahwa Sentinels hanya diam di satu titik.
Sejarah Sentinel di VALORANT & Konteks Meta
Peran Sentinel di VALORANT telah mengalami evolusi sejak awal. Cypher dan Killjoy adalah pondasi awal; mereka mengandalkan kontrol map, trap, dan intel. Kemudian Chamber muncul pada 2021 dan mengguncang meta dengan mobilitas plus kemampuan satu tembakan (Tour de Force + Rendezvous). Dia sempat mendominasi dengan pick rate hingga ~80% di puncak, lalu diredam lewat nerf berulang.
Deadlock, dirilis pada 2023, dimaksudkan mendeversifikasi pool Sentinel, tapi performanya di kompetisi tetap terbatas—pick rate-nya di Champions 2025 cuma ~2,97%. Sementara itu, Cypher tetap populer (25,25% pick), dan Killjoy menjaga posisi (7,43%). Vyse, gabungan role controller-sentinel hybrid, juga cepat naik ke panggung pro dengan pick rate ~24,26%, menunjukkan tim mencari fleksibilitas lebih dari Sentinel tradisional.
Dalam lanskap meta ini, banyak tim beralih ke strategi agresif, push cepat, dan utilitas kuat, membuat peran defense-strict Sentinel semakin menantang. Veto hadir sebagai jawaban atas kebutuhan fleksibilitas dan kontrol counter-utility dalam satu paket.
Dimana Veto Cocok dalam Komposisi Tim?
Veto punya potensi untuk menjadi bagian penting dalam beberapa tipe tim:
-
Tim yang Gerak Cepat & Berbasis Utility: Veto bisa menindak tumpukan utilitas lawan lewat Interceptor dan menyerang balik lewat Evolution.
-
Komposisi “Heavy Execute”: Di map di mana execute tim lawan bergantung pada layering ability, Veto bisa menggagalkan rencana itu.
-
Situasi Late-Round / Clutch: Dengan mutasi dan regenerasi di Evolution, Veto bisa mengejutkan lawan dan mencuri momentum.
Namun, kelemahannya juga nyata: misalnya orbit kemampuan seperti Crosscut mengandalkan posisi dan pandangan, serta Interceptor bisa dipatahkan jika diposisikan buruk.
Prediksi & Dampak Veto di Esports VALORANT
Veto kemungkinan akan dipakai di map-map di mana utilitas sering berlapis—misalnya Icebox, Breeze, atau Pearl. Jika Veto laku, meta bisa kembali bergeser ke komposisi hybrid (Sentinel + Duelist) atau mengurangi gaya full-execute yang bergantung utilitas tinggi. Tim akan belajar kapan memanfaatkan Crosscut, kapan bertahan sebagai Sentinel klasik, kapan menyerang melalui Evolution.
Jika Riot menyeimbangkan dengan tepat dan komunitas merespon positif, Veto bisa menjadi salah satu agen paling dicari di musim 2026.
Dengan hadirnya Veto, Riot Games menunjukkan komitmennya untuk terus berinovasi dan menghadirkan pengalaman bermain yang segar bagi komunitas VALORANT.