unequalledmedia.com – Sony dan Tencent pernah menjajaki kemungkinan kolaborasi untuk mengembangkan game berdasarkan franchise “The Last of Us”. Kedua perusahaan melihat peluang besar untuk memperluas pasar di China melalui adaptasi mobile, tetapi pertemuan itu akhirnya gagal dan kini menimbulkan sengketa hukum.
Awal Mula Diskusi Kolaborasi

Pada Juli 2024, Olivier Courtemanche, Kepala Mobile PlayStation Studios, melakukan perjalanan ke Shenzhen, China, untuk membahas kerja sama. Sony hadir dengan tujuan menjajaki proyek “The Last of Us” di platform mobile dan berharap membuka akses ke pasar Asia. Namun, saat presentasi dimulai, Aurora Studios justru menampilkan materi terkait “Project Z”, proyek yang sebelumnya ditolak Sony. Materi itu dianggap terlalu mirip dengan “Horizon Zero Dawn” dan menimbulkan kebingungan serta ketegangan antara kedua pihak. Hal ini menimbulkan kebingungan dan ketegangan antara kedua pihak.
Sebelumnya, pada April 2024, Sony telah menolak tawaran Tencent untuk mengembangkan “Project Z”. Tencent kembali mengajukan minat pada Mei 2024, kali ini dengan ide proyek yang mengambil elemen dari “The Last of Us”. Meskipun ada niat untuk bekerja sama, ketidakcocokan konsep dan kurangnya koordinasi membuat pertemuan di Shenzhen tidak membuahkan hasil. Sony merasa bahwa pihak Tencent tidak menghormati batasan hak cipta, sementara Tencent menilai Sony terlalu kaku dalam menentukan syarat kerja sama.
Sengketa Hukum yang Muncul

Setelah kegagalan pertemuan, Sony mengajukan gugatan hukum terhadap Tencent pada Juli 2025. Gugatan ini menuduh Tencent menyalin elemen-elemen dari game “Horizon Zero Dawn” untuk proyek mereka sendiri yang diberi nama “Light of Motiram”. Sony menyebut proyek tersebut sebagai klon yang merugikan nilai intelektual mereka dan meminta penghentian distribusi serta kompensasi. Tencent menanggapi gugatan ini dengan membantah tuduhan penyalinan, menyatakan bahwa proyek mereka merupakan karya independen yang terinspirasi secara umum dari genre action RPG, bukan tiruan langsung.
Kasus ini memperlihatkan kompleksitas hubungan antara perusahaan global di industri game. Kerjasama lintas negara tidak hanya membutuhkan kesepahaman kreatif, tetapi juga kepastian hukum terkait hak cipta. Konflik Sony-Tencent menjadi sorotan industri karena melibatkan dua raksasa di bidangnya, dan hasilnya bisa memengaruhi aturan kerja sama internasional di masa depan.
Strategi dan Dampak terhadap Pasar Game
Selain itu, kasus ini juga menyoroti peluang dan risiko masuknya franchise populer ke pasar mobile Asia. Sony berharap adaptasi mobile bisa mendongkrak popularitas “The Last of Us” di wilayah yang besar dan potensial. Namun, kegagalan kolaborasi menunjukkan bahwa pemilihan mitra strategis sangat krusial, terutama ketika menyangkut hak cipta dan visi kreatif. Diskusi awal antara Sony dan Tencent membuka perspektif tentang bagaimana perusahaan-perusahaan besar mengelola franchise global. Mereka harus menyeimbangkan ekspansi pasar dengan perlindungan kekayaan intelektual.
Kegagalan pertemuan ini menjadi pelajaran bagi banyak pengembang dan penerbit game, bahwa strategi kolaborasi harus jelas sejak awal, termasuk pembagian hak cipta, pengawasan konten, dan keselarasan tujuan kreatif. Dengan sengketa yang masih berlangsung, masa depan adaptasi mobile “The Last of Us” di China tetap tidak pasti. Industri game terus mengamati bagaimana kasus ini akan memengaruhi kerjasama internasional dan strategi ekspansi franchise besar. Sony kini fokus memperkuat kontrol hak cipta dan memastikan rencana peluncuran mereka di platform lain berjalan lancar tanpa terpengaruh masalah hukum yang sedang berlangsung.
