unequalledmedia.com – – Oktober 2025, Electronic Arts (EA) mengumumkan rencana akuisisi oleh konsorsium yang terdiri dari Affinity Partners, Silver Lake, dan Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi senilai USD 55 miliar. Proses akuisisi ini diperkirakan akan selesai pada tahun fiskal 2027. Namun, kabar ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan karyawan BioWare, studio pengembang game ternama di bawah naungan EA.
Kegagalan “Dragon Age: The Veilguard” Memperburuk Situasi
Salah satu faktor yang memperburuk situasi adalah kegagalan komersial game “Dragon Age: The Veilguard”. Game ini tidak hanya gagal memenuhi ekspektasi pasar, tetapi juga mendapatkan respon negatif dari para gamer. Menurut laporan dari Insider Gaming, beberapa sumber internal menyebutkan bahwa kegagalan ini membuat BioWare menjadi salah satu studio yang berisiko terkena dampak pemangkasan pasca-akuisisi.
Kekhawatiran Karyawan dan Potensi Pemangkasan
Karyawan BioWare mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap masa depan studio. Beberapa di antaranya mulai mempersiapkan portofolio dan mencari peluang kerja lain sebagai antisipasi. Salah satu karyawan menyatakan, “Saya sudah mempersiapkan portofolio dan mencari peluang kerja lain. Rasanya tinggal menunggu waktu saja.” Selain itu, pada tahun 2023, lebih dari 200 karyawan BioWare telah diberhentikan, dan saat ini jumlah karyawan tersisa kurang dari 100 orang.
Spekulasi tentang Masa Depan BioWare
Beberapa pihak, termasuk mantan produser BioWare Mark Darrah, berspekulasi bahwa EA mungkin akan mempertimbangkan untuk menjual BioWare pasca-akuisisi. Darrah menyebutkan bahwa EA memiliki banyak IP yang tidak aktif dan menjual studio seperti BioWare bisa menjadi langkah yang lebih menguntungkan secara finansial daripada menutupnya. Namun, hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari EA mengenai hal ini.
Masa depan BioWare kini berada di persimpangan. Studio BioWare, pembuat “Mass Effect” dan “Dragon Age”, harus beradaptasi menghadapi tantangan agar bisa bertahan dan sukses kembali.