unequalledmedia.com – Industri esports Indonesia tengah menghadapi tantangan besar terkait keseimbangan finansial. Meskipun jumlah penonton dan eksposur meningkat, banyak organisasi kesulitan menjaga kestabilan keuangan. Gaji pemain dan staf kompetitif kini menyerap hingga 50–70% dari total biaya operasional tim, sementara pendapatan dari sponsor, merchandise, dan hak siar belum mampu menutupi beban tersebut.
Ketergantungan pada Sponsor dan Fluktuasi Pendapatan
Sumber pendapatan utama klub esports di Indonesia masih sangat bergantung pada sponsor. Namun, pendapatan ini bersifat musiman dan sering kali tidak stabil. Merek kini menuntut metrik ROI yang lebih ketat, kontrak yang lebih singkat, serta aktivasi yang benar-benar mendorong akuisisi pelanggan. Akibatnya, pendapatan sponsor menjadi semakin fluktuatif dan tidak dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan jangka panjang.
Kenaikan Gaji Pemain dan Tekanan pada Margin Tim
Di tingkat domestik, batas bawah gaji untuk pemain liga utama sudah mengalami kenaikan dibandingkan beberapa tahun lalu. Namun, liga pengembangan (tier 2) masih berada di tingkat yang jauh lebih rendah. Para bintang papan atas mendapatkan tambahan pendapatan dari endorsement, streaming, serta pembagian hadiah turnamen—tetapi hal ini hanya berlaku bagi segelintir pemain. Bagi banyak tim, terutama yang belum mapan secara komersial, kenaikan gaji minimum serta tuntutan fasilitas (asrama, nutrisi, sport science, psikolog performa) memberi tekanan pada margin.
Tantangan dalam Model Bisnis Esports
Masalah utama terletak pada unit ekonomi. Di banyak organisasi, gaji pemain dan staf kompetitif bisa menyerap 50–70% dari seluruh biaya operasional. Sementara itu, pendapatan sponsor bersifat musiman, dan penjualan merchandise maupun tiket acara offline masih belum stabil di berbagai kota. Penonton digital-first di Indonesia meningkatkan tayangan, namun daya beli rata-rata dan konversi ke pembelian produk klub masih rendah. Pada saat yang sama, biaya produksi konten terus meningkat karena standar kualitas yang semakin tinggi.
Membangun Pondasi Finansial yang Sehat
Untuk membangun pondasi finansial yang lebih sehat, organisasi dapat belajar dari industri lain yang menekankan nilai nyata. Dalam sektor seperti trading emas, keberhasilan sering datang dari sistem yang mampu menjaga performa stabil dan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu. Dengan pola pikir serupa, klub esports perlu memiliki kebijakan gaji yang terstruktur, KPI yang jelas, serta insentif berbasis performa yang benar-benar memberikan imbalan pada pencapaian terukur, bukan pada pengeluaran yang tak terkendali.
Industri esports Indonesia perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap model bisnis yang ada. Dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan fokus pada pertumbuhan pendapatan yang terukur, diharapkan keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan dapat tercapai, memastikan keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang bagi organisasi esports di tanah air.